segudang coretan, segudang mimpi, segudang harapan.
Sumber energi digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu sumber energi yang dapat diperbaharui dan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi masyarakat saat ini cenderung untuk menggunakan energi yang tidak dapat diperbaharui untuk memenuhi kebuthan industri, rumah tangga, dan juga transportasi. Padahal ketersediaan energi tersebut sangatlah terbatas sehingga nilai ekonomisnya semakin tinggi dan harga jualnya sulit dijangkau oleh kalangan menengah kebawah. Berbekal masalah tersebut, pada dekade terakhir telah mendorong banyak pengembangan berbagai energi alternatif (biofuel) yang berasal dari sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable resources). Krisis energi telah menjadi masalah utama yang kini dirasakan masyarakat di semua lapisan. Tingginya harga jual dan langkanya ketersediaan bahan bakar minyak sebagai energi utama dalam kehidupan sehari-hari memaksa berbagai pihak memikirkan cara terbaik untuk mengatasi krisis energi ini. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh para peneliti Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University) yang memanfaatkan limbah sekam padi sebagai salah satu bahan energi alternatif. Pemanfaatan limbah sekam padi merupakan salah satu cara menyelamatkan krisis energi yang sedang terjadi saat ini.
Sumber : www.kaskus.us/showthread.php%3Ft...Dnewpost
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk keperluan industri, pakan ternak, maupun bahan bakar. Sekam padi sangat potensial untuk menjadi alternatif bahan bakar masyarakat pedesaan. Hal tersebut dikarenakan industri penggilingan padi yang ada di Indonesia mampu mengolah lebih dari 40 juta ton gabah menjadi beras giling. Pada proses penggilingannya, sekam akan terpisah dengan beras dan akan menjadi bahan sisa dari proses penggilingan tersebut. Pada proses tersebut akan diperoleh sekam sebesar 20-30%, dedak sebesar 8-12%, dan beras giling sebesar 50-63,3% dari bobot awal gabah. Angka Ramalan (ARAM II) tahun 2004, BPS memperkirakan jumlah produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 53,7 juta ton atau setara dengan 33,92 juta ton dan sekitar 10,7 juta ton sekam (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian,2006).
Secara ekonomi, energi alternatif panas dari sekam merupakan sebuah inovasi yang sangat menguntungkan dari segi ekonomi. Bila dibandingkan dengan batu bara dan minyak tanah, sekam merupakan produk yang relatif tidak memiliki nilai jual dan keberadaannya sangatlah melimpah. Pada daerah pengrajin batu merah, sekam padi mempunyai nilai ekonomis yang cukup berarti karena dimanfaatkan untuk pembakaran batu merah yang dicampur dengan batubara curah kalori rendah.
Sekam padi dapat dikonversi menjadi energi yang cukup potensial, tidak bicara tentang statistik nasional dan implementasi yang sulit dicapai, tetapi masalahnya bagaimana sisa sekam padi dapat di implementasikan di wilayah setempat/ regional tertentu, minimal untuk mensubtitusi sebagian energi fosil/ BBM yang digunakan untu memproduksi gabah itu sendiri, sehingga berdampak langsung pada pengurangan biaya produksi pertanian (menaikkan pendapatan petani) dan mengurangi biaya subsidi. Dalam memanfaatkan potensi pada sekam padi, Bogor Agricultural University / Institut Pertanian Bogor mengenalkan hasil kajian ilmiahnya berupa sebuah alat yang diberi nama TUNGKU SEKAM IPB. Tungku Sekam IPB merupakan salah satu wujud keperdulian IPB dalam membantu memecahkan permasalahan energi yang terjadi di masyarakat. Tungku Sekam IPB ini merupakan karya nyata kelompok peneliti Divisi Bioenergi setelah melalui berbagai kajian ilmiah dan perbaikan design secara berkelanjutan. Kompor sekam ini terdiri dari beberapa bagian, seperti reservoir sekam dalam bentuk kerucut terbalik, silinder untuk membakar sekam, isolator kompor, badan kompor, ventilator dan reservoir abu sederhana (Irzaman,dkk, 2008) Secara sederhana, tungku sekam IPB bekerja memanfaatkan sekam padi kering. Untuk menghasilkan panas maksimal, sekam padi dibakar di dalam alat khusus berbentuk piramida terbalik dengan beberapa lubang di dindingnya. Sekam-sekam itu ditaburkan di sekeliling piramida dengan tabung khusus di bagian tengahnya. Bagian ujung piramida dipotong dan dibuatkan penampang khusus sehingga tersisa rongga, yang dimanfaatkan untuk mengambil atau membuang abu sisa pembakaran. Penampang berbentuk piramida disangga tungku dengan satu lubang khusus untuk menjebak udara yang memicu panas menjadi maksimal. Tungku itu bisa berbahan tanah liat, kaleng cat (tungku sedang), hingga potongan drum (tungku besar). (Ahmad Yani,2009)
Sumber : www.ipb.ac.id/%3Fb%3D753
Nyala api tungku sekam sangat dipengaruhi oleh banyaknya udara yang terperangkap pada badan tungku yang terbuat dari kaleng bekas. Berdasarkan penelitian lanjutan, terdapat beberapa alternatif model tungku sekam dengan berbagai tingkat efisiensi. Sekam jenis petama memiliki satu lubang inti dengan ukuran lubang (20 x 22,5) cm, sekam jenis ini membutuhkan waktu rata-rata sebesar 33 menit dan memiliki laju konsumsi bahan bakar (FCR) sebesar 1,6 kg/jam. Sedangkan menurut perhitungan rumus :
Qn : energy yang dibutukan (Kcl/hr)
Mf : Massa makanan (kg)
Es : Energi spesifik (Kcl/kg)
T : Waktu pemanasan (hr)
didapat bahwa untuk mendidihkan air sebanyak 6 liter dibutuhkan energi panas (Qn) sebesar 764 kal/ cal/jam. Sehingga menurut perhitungan didapat bahwa jenis tungku sekam ini memiliki efisiensi mencapai 16%. Pada jenis tungku sekam kedua, dengan satu lubang inti dengan ukuran lubang (20 x 12) cm membutuhkan waktu pemanasan rata-rata sebesar 33 menit dan memiliki laju konsumsi bahan bakar (FCR) sebesar 1,42 kg/jam. Sedangkan energi panas (Qn) yang dbutuhkan untuk mendidihkan 6 liter air adalah sebesar 764 kal/ cal/jam, sehingga diperoleh efisiensi tungku sebesar 17,9%. Jenis tungku ketiga yang memiliki satu lubang inti dengan ukuran lubang (20 x 9) cm membutuhkan waktu pemanasan rata-rata sebesar 26 menit dan memiliki laju konsumsi bahan bakar (FCR) sebesar 1,802 kg/jam. Sedangkan energi panas (Qn) yang dbutuhkan untuk mendidihkan 6 liter air adalah sebesar 976 kal/ cal/jam, sehingga diperoleh efisiensi tungku sebesar 18%. Dari hasil pengujian dan perhitungan tersebut terlihat bahwa nyala api yang efektif dipengaruhi oleh aliran udara pada tungku sekam yang bersumber dari udara yang terperangkap pada badan kompor. Jika terdapat lubang lain diluar lubang utama, makan kemungkinan udara keluar dari lubang tersebut sehingga udara yang terperangkap tidak dapat mengair secara optimal ke ventilator. Hal tersebut berpengaruh terhadap nyala api yang dihasilkan yang sangat membutuhkan Oksigen untuk pembakaran. Model tungku sekam ketiga memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan dua model tungku lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan pada model ketiga memiliki lubang masukan udara yang tidak terlalu besar, sehingga udara yang sudah masuk akan lebih sulit untuk keluar badan kompor. Namun apabila lubang masuknya udara dibuat terlalu kecil, kemungkinan besar tungku tidak akan menyala. Hal ini dikarenakan kurangnya udara masukan dari luar tungku.
Dengan menggunakan tungku sekam ini, dibutuhkan 1200 gram sekam atau setara dengan 0,36 kg minyak tanah untuk mendidihkan 6 liter air. Jika dengan harga minyak tanah non subsidi seharga Rp7000/liter, maka dengan menggunakan tungku sekam ini kita hanya mengeluarkan Rp2900 untuk mendidihkan air tersebut. Akan tetapi jika kita menggunakan sekam yang dijual dengan harga Rp500/kg, maka hanya membutuhkan Rp600. Perbandingan harga saat ini, biaya konsumsi elpiji sekitar Rp 5.000/kg, minyak tanah Rp 2.500/l, dan briket batu bara Rp2.000/kg, sedangkan sekam relatif tidak memiliki nilai jual atau hanya sekitar Rp 2000 tiap karung berbobot 4-7 kg. Di samping itu, penggunaan bahan bakar sekam padi relatif lebih murah jika dibandingkan dengan bahan bakar gas elpiji maupun minyak tanah. Dengan demikian penggunaan tungku berbahan bakar sekam padi sangatlah efisien untuk digunakan.
Perbandingan biaya mendidihkan 6 liter air dengan berbagai bahan Bakar
(Irzaman dkk, 2007 dan 2008).
Bahan Bakar | Waktu (menit) | Massa Bahan | Harga Bahan Baku (Rp) | Biaya (Rp) | Literatur |
Gas elpiji | 11 | 0,1 kg | 5.000,-/kg | 500 | Warta Litbang Pertanian, 28 (2), 2006 |
Minyak tanah | 25 | 140 ml | 2.500,-/liter | 350 | Warta Litbang Pertanian, 28 (2), 2006 |
Sekam padi 2006 | 35 | 1 kg | 400,-/20 kg | 20 | Warta Litbang Pertanian, 28 (2), 2006 |
Sekam padi 2007 | 23 | 1 kg | 2000,-/7 kg | 285 | Irzaman dkk, 2007 dan 2008 |
Secara kasatmata, tungku tersebut sangat sederhana. Adapun hasilnya sangat memuaskan dari ukuran panas yang dihasilkan. Tungku sekam Institut Pertanian Bogor ini setelah melalui pengecekan, suhu tungku dalam kondisi puncak berada di atas 500 derajat celsius, sedangkan suhu bara pada besi isolatornya 300-an derajat Celsius (Irzaman,2009). Sangat optimal bila digunakan dalam rumah tangga.
Kini pengembangan dan penerapan beberapa energi alternatif sudah dimulai. Sehingga kita tidak akan lagi menggantungkan kebutuhan energi kita pada bahan bakar fosil yang semakin berkurang. Jika penerapan energi alternatif sudah sedemikian meluas, maka kita tidak akan lagi memerlukan bahan bakar fosil sebagai penghasil energi utama bagi kebutuhan manusia. Krisis energi saat ini pun dapat disiasati dengan lebih bersahabat dengan lingkungan. Sekam pun dapat menjadi jawaban atas alternatif energi tersebut.
"RIFKI MAULANA 2009, optimasi efisiensi tungku sekam dengan variasi lubang utama pada badan kompor"
"IMMANUEL 2009, studi kelayakan usaha tungku sekam di kelompok tani hurip, desa cikarawang, kecamatan dramaga, kabupaten bogor, jawa barat"
"Anonim 2008,IPB Gelar Pelatihan Pembuatan Seribu Tungku Sekam"
"Anonim 2008,Mengenal lebih dekat TUNGKU SEKAM IPB"
"Anonim 2008,Tungku Sekam Padi Alternatif Pengganti BBM"
Labels: ipb, lomba, menang amien